Salah satu permasalahan serius dan mendesak yang dialami oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, dimana kelangsungan hidup tumbuhan dan hewan juga dipertaruhkan, yaitu kekeringan, menjadi hal yang perlu kita pikirkan pencegahannya. Menurut BMKG, kekeringan merupakan kondisi dimana rendahnya curah hujan selama periode waktu tertentu yang dapat mengakibatkan kekurangan pasokan air, terutama bagi pertanian, industri, dan pemenuhan kebutuhan domestik. Sedangkan menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Indonesia mendefinisikan bahwa kekeringan sebagai kondisi iklim yang dihasilkan oleh pola curah hujan yang tidak biasa, yang mengakibatkan berkurangnya pasokan air bagi tanaman dan manusia. Data yang tervalidasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta Kementerian Pertanian dan Perkebunan menunjukkan bahwa Pulau Nusa Tenggara mengalami perubahan cuaca yang signifikan. Kurangnya curah hujan yang berkesinambungan selama beberapa tahun terakhir telah menciptakan kondisi kekeringan yang serius di wilayah ini. Sebagaimana data pada bulan Agustus 2023, BMKG menyatakan darurat defisit air, dimana sebagian wilayah di Nusa Tenggara dalam kategori kuning, oranye, dan merah terkait tingkat ketersediaan air tanah. Merah artinya ketersediaan air hanya 0-20%, orange 20-40%, dan kuning 40-60%. Ketersediaan air tanah bulan Agustus 2023 di Provinsi Nusa Tenggara secara umum didominasi kondisi dengan kriteria Kurang. Hanya sebagian kecil wilayah dengan kondisi ketersediaan air tanah kriteria Sedang. Maka terdapat peringatan dini dari BMKG, bahwa musim kemarau di Nusa Tenggara berdampak pada sektor pertanian dengan sistem tadah hujan, pengurangan ketersediaan air tanah. Sehingga menyebabkan kelangkaan air bersih, serta meningkatnya potensi terjadinya kebakaran.
Saudara saudari sekalian, kita dapat melihat dampak dari kekeringan ini secara signifikan salah satunya dalam sektor pertanian. Tanaman akan kering dan mengalami kekurangan air, yang mengarah pada penurunan hasil panen. Data dari Kementerian Pertanian dan Perkebunan menunjukkan penurunan yang cukup signifikan dalam produksi hasil pertanian. Tidak hanya itu, petani juga harus mengoptimalkan pemanfaatan infrastruktur sarana dan prasarana pengairan, dari yang semula lahan pertaniannya menggunakan sistem tadah hujan.
Terima kasih atas perhatian Anda
- Rudin dkk. (2022). Potensi Keanekaragaman Vegetasi Pohon untuk Konservasi Air di Desa Kolobolon, Kecamatan Lobalain, Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. 192-193. Diakses 27 September 2023, https://journal.uinalauddin.ac.id/index.php/psb/article/view/15731
- Buletin Iklim Provinsi NTT Edisi September 2023 : https://www.dropbox.com/s/xqqfjx5f7wj4m4r/202309.pdf?dl=0
- Kewa Ama, Kornelis. 2023. Budidaya Bambu, Solusi Mengatasi Kekeringan dan Lahan Kritis di NTT. diakses pada 27 September 2023 pada https://www.kompas.id/baca/nusantara/2023/08/21/budidaya-bambu-solusi-mengatasi-kekeringan-dan-lahan-kritis-di-ntt
- BMKG NTB. 2023. Analisis Curah Hujan September. diakses pada 27 September 2023 pada http://iklim.ntb.bmkg.go.id/
- Arum, Widhia. 2023. Kekeringan: Pengertian, Jenis-jenis, Penyebab, dan Dampaknya. diakses pada 27 September 2023 pada https://news.detik.com/berita/d-6762353/kekeringan-pengertian-jenis-jenis-penyebab-dan-dampaknya.