Saturday, February 3, 2024

Kalau mahasiswa berpidato ...

 Salam sejahtera

 Izinkan kami mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan untuk berbicara mengenai masalah serius yang tengah dihadapi Pulau Nusa Tenggara terutama menjelang akhir tahun 2023 ini, yaitu kekeringan. Hari ini, kami akan membahas apa itu kekeringan, dampak signifikan yang diakibatkan oleh kekeringan itu sendiri, serta peran penting kita sebagai mahasiswa dalam menyikapi hal tersebut.

Salah satu permasalahan serius dan mendesak yang dialami oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, dimana kelangsungan hidup tumbuhan dan hewan juga dipertaruhkan, yaitu kekeringan, menjadi hal yang perlu kita pikirkan pencegahannya. Menurut BMKG, kekeringan merupakan kondisi dimana rendahnya curah hujan selama periode waktu tertentu yang dapat mengakibatkan kekurangan pasokan air, terutama bagi pertanian, industri, dan pemenuhan kebutuhan domestik. Sedangkan menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Indonesia mendefinisikan bahwa kekeringan sebagai kondisi iklim yang dihasilkan oleh pola curah hujan yang tidak biasa, yang mengakibatkan berkurangnya pasokan air bagi tanaman dan manusia. Data yang tervalidasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta Kementerian Pertanian dan Perkebunan menunjukkan bahwa Pulau Nusa Tenggara mengalami perubahan cuaca yang signifikan. Kurangnya curah hujan yang berkesinambungan selama beberapa tahun terakhir telah menciptakan kondisi kekeringan yang serius di wilayah ini. Sebagaimana data pada bulan Agustus 2023, BMKG menyatakan darurat defisit air, dimana sebagian wilayah di Nusa Tenggara dalam kategori kuning, oranye, dan merah terkait tingkat ketersediaan air tanah. Merah artinya ketersediaan air hanya 0-20%, orange 20-40%, dan kuning 40-60%. Ketersediaan air tanah bulan Agustus 2023 di Provinsi Nusa Tenggara secara umum didominasi kondisi dengan kriteria Kurang. Hanya sebagian kecil wilayah dengan kondisi ketersediaan air tanah kriteria Sedang.  Maka terdapat peringatan dini dari BMKG, bahwa musim kemarau di Nusa Tenggara berdampak pada sektor pertanian dengan sistem tadah hujan, pengurangan ketersediaan air tanah. Sehingga menyebabkan kelangkaan air bersih, serta meningkatnya potensi terjadinya kebakaran.

Saudara saudari sekalian, kita dapat melihat dampak dari kekeringan ini secara signifikan salah satunya dalam sektor pertanian. Tanaman akan kering dan mengalami kekurangan air, yang mengarah pada penurunan hasil panen. Data dari Kementerian Pertanian dan Perkebunan menunjukkan penurunan yang cukup signifikan dalam produksi hasil pertanian. Tidak hanya itu, petani juga harus mengoptimalkan pemanfaatan infrastruktur sarana dan prasarana pengairan, dari yang semula lahan pertaniannya menggunakan sistem tadah hujan. 

 Sebagai mahasiswa dalam bidang agrometeorologi, kita memiliki peran penting dalam mengatasi tantangan ini. Salah satu langkah yang paling umum adalah dengan mengadakan penyuluhan kepada masyarakat terkait pentingnya konservasi air dan praktik pertanian yang berkelanjutan. Kita juga dapat berperan dalam proyek pengelolaan air, seperti pembangunan sistem irigasi yang efisien. Salah satu cara lain untuk menghindari kekeringan di wilayah ini adalah dengan budidaya bambu. Budidaya bambu memiliki banyak manfaat termasuk mengatasi kekeringan dan lahan kritis di wilayah tersebut. Dusun bambu di ketinggian bisa menghasilkan mata air dan juga menyuburkan lahan kritis. Budidaya bambu ini telah diterapkan di sejumlah wilayah Nusa Tenggara Timur. Penggunaaan budidaya bambu secara berkelanjutan dapat menjaga ketersediaan air sepanjang tahun. Disebutkan, bambu bisa mengatasi kekeringan. Satu rumpun bambu sehat menghasilkan maksimal 5.000 liter air. Untuk menghasilkan satu atau beberapa sumber mata air butuh dusun bambu, dengan area belasan sampai puluhan hektar. Untuk itu, bambu harus ditanam di ketinggian. Di sejumlah wilayah dengan rumpun bambu yang cukup luas, pasti ada sumber mata air di dekatnya. Alternatif lain yang bisa dilakukan adalah membuat bak tampungan dari Rainwater Harvesting. Menurut data, wilayah Nusa Tenggara akan mengalami bulan basah di bulan bulan tertentu. Diharapkan, pada bulan tersebut terkumpul air panen dari hujan yang bisa digunakan jika kondisi darurat terjadi, contohnya kekeringan yang telah disebutkan sebelumnya. Saudara saudari sekalian, kekeringan di Pulau Nusa Tenggara adalah masalah yang memerlukan perhatian dan tindakan dari kita semua. Sebagai mahasiswa, kita memiliki potensi untuk berperan sebagai agen perubahan dalam menghadapi tantangan ini. Mari bersatu, bersama-sama dengan pemerintah dan masyarakat, untuk mencari solusi inovatif dan berkelanjutan yang dapat membantu mengatasi masalah kekeringan dan memastikan ketahanan pangan di masa depan. 

Terima kasih atas perhatian Anda

 Referensi :



No comments:

Post a Comment

Webinar Hari Meteorologi Sedunia 2024

 Kamis 21 Maret 2024, kami menyelenggarakan webinar Calon garda depan informasi cuaca dan iklim Indonesia. Kegiatan ini selain dalam rangka ...